Kamis, Agustus 09, 2007

Jelang 62 Tahun Kemerdekaan RI, Kamsidi Samsuddin, komponis nasional yang makin dilupakan

Lima lembar kertas berwarna cokelat dan beberapa bagian sudah hilang karena sobek tersimpan rapi dalam map. Melihat kondisinya, maka dapat dipastikan kertas tersebut telah berumur puluhan tahun. Di kertas tersebut, tertulis rapi partitur dengan not balok, serta huruf latin. Semuanya ditulis dengan tulisan tangan dan tinta basah. Tertulis jelas di atasnya beberapa kode nomor, dan judul di tengah-tengah Indonesia Raja.
”Ini milik ayah saya. Partitur lagu kebangsaaan Indonesia Raya saat akan direkam di piringan hitam di Lokananta (Perusahaan Negara Lokananta yang bertugas memproduksi dan menduplikasi piringan hitam),” ujar Abdullah Kamsidi, saat ditemui Espos di kediamannya, Rabu (8/8).
Abdullah Kamsidi adalah anak kedua dari komponis nasional dari Solo, Kamsidi Samsuddin, yang menjadi pimpinan Radio Orkes Surakarta (ROS) pertama kali di RRI Surakarta. ”Bersama dengan pemusik asal Belanda yaitu Jos Cleber, kemungkinan bapak akan mengerjakan aransemen musik versi piringan hitam lagu Indonesia Raya tersebut. Itu tulisan tangan bapak, dan tertera juga nama arranger-nya adalah Jos Cleber. Dulu kan semua lagu yang di Indonesia kalau mau dibuat piringan hitamnya dikirim ke Lokananta Solo,” tutur Abdullah.
Berbeda dengan polemik soal lagu kebangsaan yang tengah menghangat, dalam partitur tersebut lirik lagu Indonesia Raya sama persis dengan yang digunakan sekarang, dan ditulis dengan menggunakan ejaan lama. Partitur tersebut bertahun 1950-an.
Nama Kamsidi mungkin belum terlalu akrab di telinga. Padahal dalam kiprah bermusiknya, Kamsidi memiliki beberapa karya besar. Komponis asli Kampung Kauman ini kali pertama memimpin ROS bersama Cauman Band. ROS sendiri didirikan atas perintah Kepala Jawatan RRI kala itu, yaitu Maladi. Kamsidi membuat lagu berjudul Mars Bambu Runcing, yang diperdengarkan dalam pembukaan ROS pertama kali. Selain itu, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama yang diadakan tahun 1948 di Stadion Sriwedari, Kamsidi juga membuat lagu Mars PON. Karya lainnya adalah Mars Defile, Mars Ibu Pertiwi, dan lain sebagainya. Hingga saat ini, ada sekitar 800-an lagu yang diciptakannya maupun yang diaransemen olehnya. Atas prestasinya, Kamsidi pun mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai Komponis Indonesia tahun 1978, yang ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef.
”Saya bercita-cita ingin membuat museum musik, karena bapak memiliki banyak peninggalan di bidang musik. Saya juga berharap ada perhatian pemerintah terhadap para komponis di Solo. Misalnya dengan mencantumkan namanya sebagai nama jalan,” harap Abdullah. Buah karya Kamsidi inilah yang ikut andil dalam mengobarkan semangat bangsa.


Oleh: Ariyanto