Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari
Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.
Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.
Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya "Islam in the Sivyet Union" (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.
Keluarga dan Guru Imam Bukhari
Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.
Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak" dan "al-Waki". Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Kejeniusan Imam Bukhari
Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja "diputar-balikkan" untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.
Selain terkenal sebagai seorang ahli hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan kegiatan lain, yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya.
Karya-karya Imam Bukhari
Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab "At-Tarikh" (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, "Saya menulis buku "At-Tarikh" di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama".
Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.
Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih."
Dalam menghimpun hadits-hadits shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya.
Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al Jami' ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun."
Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya."
Penelitian Hadits
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.
Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal itu" sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan "Haditsnya diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Beliau berkata "Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan".
Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau "Saya telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."
Disela-sela kesibukannya sebagai sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.
Metode Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits
Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.
Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.
Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami' as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau untuk menulis kitab "Al-Jami 'as-Shahih".
Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. "Saya susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih". Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.
Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.
Dengan bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits lainnya. "Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih", katanya suatu saat.
Di belakang hari, para ulama hadits menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami' as-Shahih, Imam Bukhari selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab.
Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.
Terjadinya Fitnah
Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: "Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya." Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa "Al-Qur'an adalah makhluk".
Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : "Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid'ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia." Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.
Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: "Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur'an, makhluk ataukah bukan?" Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.
Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: "Al-Qur'an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid'ah." Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : "Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah." Di lain kesempatan, ia berkata: "Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah makhluk, ia adalah pendusta."
Wafatnya Imam Bukhari
Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Bukhari
http://id.wikipedia.org/wiki/Cara_Imam_Bukhari_dalam_menulis_kitab_hadits
http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=173
http://www.almuhajir.net/article.php?fn=seribukhari1
http://www.indomedia.com/bpost/012000/28/opini/opini3.htm
Jumat, Mei 02, 2008
Sejarah Singkat Imam Bukhari
Diposting oleh CAHAYA pada 03.26 1 komentar
Kamis, Agustus 09, 2007
Jelang 62 Tahun Kemerdekaan RI, Kamsidi Samsuddin, komponis nasional yang makin dilupakan
Lima lembar kertas berwarna cokelat dan beberapa bagian sudah hilang karena sobek tersimpan rapi dalam map. Melihat kondisinya, maka dapat dipastikan kertas tersebut telah berumur puluhan tahun. Di kertas tersebut, tertulis rapi partitur dengan not balok, serta huruf latin. Semuanya ditulis dengan tulisan tangan dan tinta basah. Tertulis jelas di atasnya beberapa kode nomor, dan judul di tengah-tengah Indonesia Raja.
”Ini milik ayah saya. Partitur lagu kebangsaaan Indonesia Raya saat akan direkam di piringan hitam di Lokananta (Perusahaan Negara Lokananta yang bertugas memproduksi dan menduplikasi piringan hitam),” ujar Abdullah Kamsidi, saat ditemui Espos di kediamannya, Rabu (8/8).
Abdullah Kamsidi adalah anak kedua dari komponis nasional dari Solo, Kamsidi Samsuddin, yang menjadi pimpinan Radio Orkes Surakarta (ROS) pertama kali di RRI Surakarta. ”Bersama dengan pemusik asal Belanda yaitu Jos Cleber, kemungkinan bapak akan mengerjakan aransemen musik versi piringan hitam lagu Indonesia Raya tersebut. Itu tulisan tangan bapak, dan tertera juga nama arranger-nya adalah Jos Cleber. Dulu kan semua lagu yang di Indonesia kalau mau dibuat piringan hitamnya dikirim ke Lokananta Solo,” tutur Abdullah.
Berbeda dengan polemik soal lagu kebangsaan yang tengah menghangat, dalam partitur tersebut lirik lagu Indonesia Raya sama persis dengan yang digunakan sekarang, dan ditulis dengan menggunakan ejaan lama. Partitur tersebut bertahun 1950-an.
Nama Kamsidi mungkin belum terlalu akrab di telinga. Padahal dalam kiprah bermusiknya, Kamsidi memiliki beberapa karya besar. Komponis asli Kampung Kauman ini kali pertama memimpin ROS bersama Cauman Band. ROS sendiri didirikan atas perintah Kepala Jawatan RRI kala itu, yaitu Maladi. Kamsidi membuat lagu berjudul Mars Bambu Runcing, yang diperdengarkan dalam pembukaan ROS pertama kali. Selain itu, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama yang diadakan tahun 1948 di Stadion Sriwedari, Kamsidi juga membuat lagu Mars PON. Karya lainnya adalah Mars Defile, Mars Ibu Pertiwi, dan lain sebagainya. Hingga saat ini, ada sekitar 800-an lagu yang diciptakannya maupun yang diaransemen olehnya. Atas prestasinya, Kamsidi pun mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai Komponis Indonesia tahun 1978, yang ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef.
”Saya bercita-cita ingin membuat museum musik, karena bapak memiliki banyak peninggalan di bidang musik. Saya juga berharap ada perhatian pemerintah terhadap para komponis di Solo. Misalnya dengan mencantumkan namanya sebagai nama jalan,” harap Abdullah. Buah karya Kamsidi inilah yang ikut andil dalam mengobarkan semangat bangsa.
Oleh: Ariyanto
Diposting oleh CAHAYA pada 00.01 4 komentar
Kamis, Agustus 02, 2007
Create guest book website [1]
Complite your website with guest book aplication. there are any file to create a guest book with ASP. first time you must make a database with Ms Access to saving your record/data. example guest.mdb, make the field like this:
Field Name Data Type
Id Auto Number
Name Text (75)
Address Text (225)
Work Text (200)
Comment Memo
Confirm Text (1)
Date Date/Time
Answear Text (225)
Saving the table and give name is Guest .
Diposting oleh CAHAYA pada 21.11 2 komentar
Label: Computer
[LEGEND] Marco Van Basten
On the 31st of October 1964 Marco Van Basten was born in the Dutch city of Utrecht. As a child the young Van Basten dreamt, not of becoming a professional footballer, but rather a world class gymnast - a dream he would later transfer to the field with some of the most unbelievably agile goals ever seen in the football world.
Marco began his career with a short lived spell at local side Edilwijk before being whisked off to Dutch super club Ajax in Amsterdam.
In 1980 at the Mundialito friendly-league in Milano, Johan Crujff the leader and coach of the team, introduce to Sandro Mazzola, the symbol-man of Inter, Marco Van Basten. Said Crujff: "Look at him, he's the new Crujff". Mazzola looked him with attention and so says now about that event: "Crujff showed us Marco, we understood immediately that we were in front of an amazing player". Marco had 16 years.
He played his first game for Ajax in the Eredivise on the 3rd of April 1982 in front of the Ajax faithful in the De Meer stadium against Nijmegen, fittingly replacing the reigning Dutch football legend Johan Cruyff and even managing to grab a goal in the process.
The following season he scored 9 goals in 20 games but in the 1983 - 84 season he set the Dutch league alightand his consistency was evident immediately scoring an astonishing 28 goals in just 26 games.
By 1986 he had consolidated his position as the most lethal forward in European football, winning the European Golden Boot award with his 37 goal tally. In his time with Ajax Van Basten had filled his personal trophy cabinet with two Dutch Championships, two Dutch Cups and the European Cup Winners' Cup. He played his final game for Ajax (a game he won for Ajax), against Dynamo Dresden, in that European Cup Winners Cup final. He had scored 128 league goals in just 143 games at an unprecedented strike rate and was top scorer in Holland 4 times.
During this time Silvio Berlusconi was busy rebuilding AC Milan after corruption charges levelled at the preceding club president had left Milan relegated twice in three seasons. In 1987 Berlusconi set about his task by investing in world class players - namely Gullit and Van Basten and adding Rijkaard the following year to form an unforgettable Dutch triumvirate. Berlusconi had to choose a new striker to buy.Hhe had 2 choices: Marco Van Basten or Ian Rush. After having seen only 30 seconds of a VHS about Marco, Silvio decided to buy "The Flying Dutchman".
He made his debut for Milan on 13th September 1987 in Pisa and scored from the spot as Milan won 3 - 1. In his first season at Milan however he played just 11 games scoring 3 goals as the Rossoneri won their first Scudetto since 1979. His first season at Milan in 1987 - 1988 was plagued by an ankle injury that would haunt him for the rest of his career.
As a result of his lack of matches for Milan he started the 1988 European Championships in Germany as a substitute - but by the end of the tournament he was being hailed as the greatest player in the World. In the tournament Van Basten destroyed England on his own scoring a sensational hat trick, knocked out the hosts with a late winner and scored one of the most unforgettable goals ever seen with an amazing volley against the Soviet Union in the final. He had made his mark on the international scene but due to the desperate in-fighting and inconsistency that was to dog the Dutch side over the coming years it would be the only honour Marco would win for his country.
Marco returned to Milanello for the start of the 1988 - 89 season full of confidence and that autumn he was named the 1988 European Player of the year. He followed this up by scoring 19 goals in Serie A as well as being an integral part of the Milan team that ripped apart the hapless Romanian side Steaua Bucharest 4 - 0 in the Nou Camp to win the European Champions Cup final with Van Basten scoring two along with his compatriot Gullit who also scored a double. In the 1989 - 90 season Marco repeated his 19 goal haul in Serie A to become Capocannoniere and was once again heavily involved as Milan retained their European crown defeating Portuguese champions Benfica 1 - 0 in Vienna with a Frank Rijkaard goal. The 1990 World Cup finals in Italy were next on Marco's agenda and he went as he went in search of the ultimate prize. The Dutch side however had a tournament to forget before going out to Klinsmann's Germany 1 - 2 in what many describe as the match of the tournament for the right and wrong elements of football.
At the start of the 90 - 91 campaign Milan were attempting to win their third consecutive European crown. Their will to win however was overshadowed by their bad sportsmanship when vice president Galliani ordered the team off the pitch as they were losing when the floodlights failed in the semi-final second leg tie against the French side Marseille. Red Star Belgrade went on to take Milan's crown in a cynical final while Milan themselves received a one year ban from European club football. Van Basten scored 11 goals in Serie A that season but it was surprise side Sampdoria who took the Scudetto.
Without European football to concentrate on in the 1991 - 1992 season Milan took Serie A by storm and reclaimed the Scudetto while managing to remain unbeaten in Serie A for the entire 34 game campaign - a record unlikely ever to be broken - With 'Marco Goalo' scoring 25 goals to earn his second Capocannonere title. it is worth to mention the game vs. Cagliari in Sardinia. The first half was over and Cagliari was leading 1-0. During the half-time break, Van Basten had a discussion with Capello. Noone knows what they have talked about but when returning on the pitch Capello showed to Marco the number "3" by making it with his fingers. Marco scored a hat-trick in 18 minutes and secured Milan the victory.
The European Championships in Sweden saw some great attacking football from the Dutch but they went out to late entrants and eventual winners Denmark in a penalty shootout where Van Basten, after his customary jump, missed from the penalty spot. It was Marco's last international tournament.
In the Autumn of the 1992 - 1993 season Marco was on top of the footballing World. He was leading the Serie A goalsorers charts with 13 goals and included in his extraordinary start to the season came an incredible couple of games in the month of November. In a league game in Naples he scored four goals as Milan demolished Napoli 5 - 1. He followed this up by scoring all four as Milan thrashed Goteborg 4 - 0 in the Champions League which Milan were dominating. Allied to this he was voted European Player of the Year for a record equalling third time and he was also playing his part as Milan smashed all unbeaten records in Serie A, a record which would eventually see them remain unbeaten for 58 matches.
For a joke of the destiny, Marco scored his first and last goal of his Italian experience to the same goalkeeper, Nista. Ferron is the goalkeeper that got more goals by Marco.
His extraordinary start to the season however was destroyed with a recurrence of the ankle injury which had plagued his career.
When in the first months of 1993 Marco was operated for the 4th time at the ankle, the medical staff of Milan AC disagreed with the operation, because they thought that another operation could be extremely dangerous.
He missed the vast majority of the remainder of the season playing only a couple of games before he was thrust back into action in the European Champions League final against Marseille. A tired looking Milan side lost 0 - 1 with Van Basten, who created numerous chances for Massaro and Papin, playing his last game for AC Milan.
18th August 1995, Luigi Berlusconi trophy, Milan-Juventus. In this usual great classic of the summer there is a special event: Marco Van Basten, the greatest european striker of last 20 years, leaves the football. 85.000 people at San Siro satnd-up and clap him as last wave.
Adriano Galliani so said when Marco left football: "The football lose his Leonardo Da Vinci"
In the six years he had played with Milan he had played a major part in catapulting them back to the pinnacle of World football, removing them from the shadow of neighbours Inter and laying down a solid foundation for future success.
He scored an incredible 90 goals in 147 Serie A games. He picked up 3 Scudetto's, 2 European Cups, 2 World Club Cups, 2 European Super Cups. Personally Marco claimed 3 European Footballer of the Year awards, 2 World Player of the Year awards, FIFA World Player of the year and 2 Capocannonere awards as Serie A top marksman. Not to mention that he has a 92.3% percentage rate at penalty kicks.
Van Basten had made a legend of himself before his injury dramatically shortened his brilliant career.
In the end he realised was fighting a futile battle against one opponent he knew he could never get the better off - his own body.These days Marco, his wife Elisabeth (whom he married in 1992) and their 3 children Alexander, Angelica and Rebecca have two homes - one in Elisabeth's home village of Badhoevedorp and another in Monaco. Marco spends a great amount of time practising his golf handicap and is also a keen fan of tennis - hobbies he enjoys a lot more than the pressure cooker atmosphere of management which he says he will never try.
Marco Van Basten carried the torch of legends during his time with AC Milan. A torch passed on to him by Maradona, Cruyff, Pele, Puskas, Di Stefano et al.
He carried it with grace, dignity and a great love for the game. In return the footballing World had taken Marco into their hearts forever.
Marco is UNIQUE because he express alone that philosophy that Dutch football made at the beginning of 70s. The universality of one team is expressed only by one player that hasn't weak points. Marco is able to shoot with both feet, is great with head and he has a play vision of a real director, like Rui Costa or Gianni Rivera.
With Franco Baresi and Gianni Rivera, Marco has been the most loved player of AC Milan, that's because he talked little and communicated more with the actions and the goals on the field rather than with the words.
"Van Basten the divine!" wrote Gianni Brera, one of the greatest Italian football journalists.
Trophies won
- 3 x Dutch title
- 3 x Dutch Cup
- 3 x Dutch League top scorer
- 3 x Italian title
- 2 x European Super Cup
- 2 x European Cup
- 2 x Intercontinental Cup
- 1 x Cup Winners Cup
- 2 x Italian League top scorer
- 1 x World Player of the Year award
- 1 x Golden Boot award
- 3 x European Footballer of the Year award
- 2 x World Soccer Player of the Year award
Diposting oleh CAHAYA pada 02.10 2 komentar