Minggu, Juli 29, 2007

Opak, gurihnya menguntungkan

Bagi orang Jawa, singkong atau ketela pohon sudah tak beda dengan nasi. Banyak orang Jawa yang menjadikan singkong sebagai salah satu alternatif makanan pokok. Tak heran jika kemudian singkong ini banyak direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang enak dan menarik. Bukan hanya digoreng, direbus atau dibikin kolak gula jawa.


Tangan-tangan kreatif orang Jawa juga menjadikan singkong sebagai snack lezat yang digemari. Bahkan, tak jarang singkong ini juga bisa jadi sumber penghasilan. Seperti yang dilakukan petani singkong di Wonosobo, misalnya. Di daerah pegunungan ini, singkong diolah jadi produk kerupuk. Orang Wonosobo menyebutnya sebagai opak. Jika Anda pernah menyantap opak wonosobo ini, mungkin Anda akan setuju dengan pendapat bahwa rasa opak karya petani wonosobo ini begitu gurih dan lezat. Karena kelezatannya itu pula opak wonosobo saat ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia.

Hampir seluruh supermarket atau swalayan besar di kota menjajakan kerupuk khas Wonosobo. Muhtar, 28, pengrajin opak asal Wonosobo mengatakan, bisnis opak memang prospektif dan menguntungkan. Saat ini, permintaan untuk toko-toko swalayan yang tersebar di seluruh Jawa ini terus saja meningkat.”Semenjak dibawa oleh bakul dari Magelang, opak wonosobo mampu menembus pasar ke luar kota, khususnya swalayan dan supermarket.

Permintaan opak per bulannya mencapai puluhan ton. Namun kemampuan produksinya sangat terbatas karena kendala modal,” ujar produsen opak yang tiap harinya mampu menghasilkan produk sekitar 200 kg ketika ditemui Espos di Desa Jolontoro, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo beberapa waktu lalu.Muhtar mengaku optimistis, peluang bisnis opak ke depan sangat bagus. Karena selama lima tahun belakangnya, permintaan terus bertambah. Bahkan produsen opak juga terus bertambah. ”Begitu orang merasakan opak wonosobo, biasanya langsung ketagihan. Banyak yang merasa cocok dengan rasanya. Ya, mungkin karena makan opak ini tidak ada efek sampingnya, sebagaimana emping yang tidak bagus disantap oleh mereka yang menderita asam urat,” tegasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mbah Kromo. Pengrajin opak yang sudah puluhan tahun menggantungkan hidup dari produksi opak ini mengatakan bisnis opak makin lama makin bagus. Saat ini, lanjut dia, pemasaran opak sudah makin luas ke seluruh kota Jawa. Bahkan ada pula yang sudah membawa ke Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. ”Kemarin, itu ada orang yang sudah mulai kirim opak ke Sulawesi dan Kalimantan. Meski baru tiga kali kirim dengan kapasitas 300 kg, namun makin lama juga makin bertambah jika sudah memasyarakat,” ujarnya.Komoditi eksporBerdasarkan pengalaman tersebut, ia memprediksikan opak akan terus saja diterima pasar Indonesia.

Bahkan jika ada orang yang membawa ke luar negeri pun kata Mbah Kromo bisa jadi menjadi komoditi ekspor. Selain rasanya yang cocok untuk lidah Indonesia, harga opak juga tidak mahal.Sementara Ny Ningsih, bakul opak Kotagede, Yogyakarta, mengatakan selama dua tahun mengemasi krupuk opak omsetnya sudah mencapai Rp 10 juta per bulan. Dari jumlah tersebut keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 4 juta. ”Saya bukan produsen, tapi hanya bakul yang memasarkan dalam kemasan siap saji,” ujarnya.Apabila dilihat dari grafik penjualan yang terus saja naik, menurut Ny Ningsih, prospek bisnisnya bagus karena kenyataan banyak orang begitu mengenal dan merasakan krupuk singkong ini, terus saja minta dikirimi.

Cerahnya prospek bisnis opak itu juga ditandai dengan sedikitnya kompetitor bakul opak dalam bentuk kemasan jadi siap konsumsi. Selama ini di Yogyakarta, kata Ny Ningsih, baru dirinya saja yang memasok opak kemasan ke toko swalayan maupun kios oleh-oleh. ”Di Yogyakarta itu saya belum melihat pesaing. Entah kalau di Solo atau Klaten, sudah ada atau belum.” Mengapa tidak melakukan ekspansi ke luar kota? Ny Ningsing, dengan produksi kemasan sejumlah sekitar 500 kwintal opak per hari itu, tenaganya sudah tidak mencukupi lagi. Perluasan pasar hanya bisa dilakukan jika menambah tenaga kerja. ”Tapi, bagi saya segitu saja cukup,” katanya.

Seiring dengan perjalanan waktu, minat masyarakat terhadap makanan khas ini semakin tinggi dan pembuatnya pun makin banyak. Variasi dalam bentuk pun juga makin banyak. Di pasaran bentuk opak sangat banyak ada yang bundar, tebal, besar, bentuk emping dan lidah.Tak hanya pemasaran yang mudah dan menghasilkan keuntungan yang lumayan saja, produksi opak juga mudah. Bahan baku mudah didapatkan karena hanya singkong, dan bumbu bawang putih, garam, penyedap rasa dan daun kucai.

Sehingga untuk wilayah Surakarta bisa dikembangkan produksi tersebut, apalagi seperti Wonogiri, Boyolali, Klaten itu merupakan penghasil singkong. ”Untuk daun kucai mungkin bisa dibeli di Wonosobo atau daerah lain,” ujar Mbah Kromo lagi.Daripada singkong produksi Wonogiri itu dijual dalam kondisi mentah, menurutnya, lebih baik diolah menjadi produk yang bisa menghasilkan uang yang lebih banyak.

Tidak ada komentar: